“Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Ekonomi Industri Kuliner di Bandung, Jawa Barat”


Pengembangan ekonomi kreatifitas merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan daerah dan global. Wujud ekonomi kreatif selalu tampil dengan nilai tambah (added value) yang khas, yang sangat identik menciptakan “pasar”nya sendiri, dan berhasil menyerap sumber daya manusia (SDM) serta pemasukan ekonomis. Ekonomi industri kreatif merupakan aspek penting sebagai  kekuatan yang berpotensi baik terhadap ekonomi nasional dan daerah untuk masa yang akan datang. Kemungkinan besar ekonomi kreatif di Indonesia diharapkan dapat memaksimalkan perhatian terhadap sektor-sektor industri kreatif. Sektor Industri kreatif terdiri dari 16 sektor industri kreatif di Indonesia yaitu kuliner, fashion, kriya, Tv dann radio, penerbitan, arsitektur, aplikasi dan games developher, periklanan, music, fotografi, perfilman : animasi, video, seni pertunjukan, desain produk, seni rupa, desain interior, desain komunikasi visual.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), industri kreatif atau yang dikenal dengan istilah ekonomi kreatif (ekraf) merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Hasil data survei Badan Ekonomi Kreatif dan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) 2017 menyatakan bahwa produk domestik bruto (PDB) pada 3 tahun kebelakang mencapai 845 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 4,38% dan kontribusi yang diberikan terhadap pengembangan ekonomi nasional sebesar 7,38% artinya ekonomi kreatif sangat potensial dalam membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, diperlukan sejumlah SDM yang berkualitas dengan daya inovatif dan kreativitas yang tinggi. Namun, di samping kebutuhan akan SDM yang berukalitas, pengembangan ekonomi kreatif juga membutuhkan ruang atau wadah sebagai tempat penggalian ide, berkarya, sekaligus aktualisasi diri dan ide-ide kratif.






Bila dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia. Industri kreatif justru lebih banyak muncul dari kelompok industri kecil menengah. Sebagai contoh, adalah industri kreatif berupa distro yang sengaja memproduksi desain produk dalam jumlah kecil. Hal tersebut lebih memunculkan kesan eksklusifitas bagi konsumen sehingga produk distro menjadi layak untuk dibeli dan bahkan dikoleksi. Hal yang sama juga berlaku untuk produk garmen kreatif lainnya, seperti Dagadu dari Jogja atau Joger dari Bali. Kedua industri kreatif tersebut tidak berproduksi dalam jumlah besar namun ekslusifitas dan kerativitas desain produknya digemari konsumen. Adapun kontribusi dari ekonomi kreatif menurut subsektor didominasi oleh 3 subsektor pada tahun 2015-2016 menurut hasil survei Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik seperti pada gambar 1.1 berikut ini:


Hasil survei diatas menjelaskan bahwa sektor kuliner dan fashion memiliki kontribusi yang cukup tinggi terbukti menurut hasil penelitian BEKRAF dan BPS (2017) sektor kuliner berada pada urutan ke-1 dan fashion berada pada urutan ke-2 . Hal ini berarti sektor kuliner dan fashion memiliki kontribusi besar terhadap pengembangan ekonomi nasional. Selain itu yang menjadi titik perhatian sebagai potensi pengembangan sektor ini dilihat dari hasil ekspor ekonomi kreatif pada tahun 2015 mengalami penguatan dibandingkan dengan subsektor lainnya. Ekonomi kreatif sektor fashion memiliki jumlah ekspor tertinggi sebesar 56% dan daerah asal ekspor tertinggi diraih oleh provinsi Jawa Barat sebesar 33,56% atau US$ 6,499. Hal ini mengakibatkan bertambahnya pelaku bisnis yang membuka usaha di sektor fashion dan dominan berasal dari provinsi Jawa Barat. Berdasarkan hasil survei BEK dan BPS (2017) tersebut menegaskan pertumbuhan ekonomi kreatif khususnya di sektor fasion semakin kompetitif. 

Permasalahan tersebut dapat menjadi alasan pelaku usaha di sektor fashion memiliki strategi bisnis dalam mencapai keunggulan bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Lingkungan bisnis memiliki pengaruh besar terhadap kebutuhan masyarakat sehingga dapat memberikan perubahan besar terhadap permintaan masyarakat dan penawaran yang diberikan oleh para pelaku bisnis. Seperti halnya hukum ekonomi semakin tinggi tingkat permintaan suatu barang atau jasa maka tingkat penawaran semakin meningkat. Perubahan kondisi perekonomian dapat menjadi fenomena munculnya suatu strategi bisnis dalam mempertahankan keunggulan bersaing. Berikut merupakan hasil survei BPS mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

PEMBAHASANNYA

Berpikir kreatif berhubungan dengan tindakan mengimpresi sebuah masalah secara mendalam dalam pikiran. Masalah tersebut divisualisasikan dengan jelas dan kemudian melakukan perenungan mengenai semua tindakan kearah perumusan sebuah ide atau konsep baru yang berbeda dibandingkan dengan hal-hal lama yang diketahui (Winardi,2003).

Kreatif merupakan daya cipta yang dimiliki oleh seseorang untuk menghasilkan produk yang memiliki kreativitas.Winardi (2003;247) mengungkapkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru untuk memandang masalah-masalah serta peluang-peluang. Ini terkait dengan inovasi dimana inovasi merupakan kemampuan untuk menerapkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah dan peluang tersebut. Para Entrepreneur dalam hal ini akan memiliki keberhasillan melalui kegiatan berfikir dan melaksanakan hal baru atau hal lama dengan cara-cara baru. Untuk memacu kreativitas yang tinggi ada 4 tahapan menurut Edward de Bono (dalam Endang Supardi, 2004) dalam proses kreatif, yaitu :

1. Latar Belakang atau Akumulasi Pengetahuan

Kreasi yang baik biasanya didahului oleh penyelidikan dan pengumpulan informasi. Hal ini meliputi membaca, berbicara dengan orang lain, menghadiri pertemuan profesional dan penyerapan informasi sehubungan dengan masalah yang tengah digeluti. Sebagai tambahan dapat juga menerjunilahan yang berbeda dengan masalah kita karena hal inidapat memperluas wawasan dan memberikan sudut pandang yang berbeda-beda.

2. Proses Inkubasi

Dalam tahap ini seseorang tidak selalu harus terus menerus memikirkan masalah yang tengah dihadapinya, tetapi ia dapat sambil melakukan kegiatan lain, yang biasa, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah. Akan tetapi, ada waktu-waktu tertentu di mana ia harus menyempatkan diri memikirkan masalah untuk pemecahannya.

3. Melahirkan Ide

Ide atau solusi yang seirama ini dicari-cari mulai ditemukan.Terkadang ide muncul pada saat yang tidak ada hubungannya dengan masalah yang ada. Ia bisa muncul tiba-tiba. Di sini ia harus dapat dengan cepat dan tanggap menangkap dan memformulasikan baik ide maupun pemecahan masalah lanjutan dari ide tersebut.

4. Evaluasi dan Implementasi

Tahap ini merupakan tahap tersulit dalam tahapan-tahapan proses kreativitas karena dalam tahap ini seseorang harus lebih serius, disiplin, dan benar-benar berkonsentrasi. Wirausahawan yang sukses dapat mengidentifikasi ide-ide yang mungkin dapat dikerjakan dan memiliki kemampuan untuk melaksanakannya. Lebih penting lagi, ia tidak menyerah begitu saja bila menghadapi hambatan. Bahkan biasanya ia baru akan berhasil mengembangkan ide-ide setelah beberapa kali mencoba. Hal penting lain dalam tahapan ini adalah di mana wirausaha mencoba-coba kembali ide-ide sampai menemukan bentuk finalnya karena ide yang muncul pada tahap tadi biasanya dalam bentuk yang tidak sempurna. Jadi, masih perlu dimodifikasi dan diuji untuk mendapatkan bentuk yang baku dan matang dari ide tersebut.

Usaha Ekonomi Kreatif Kuliner

Pada umumnya, produk kuliner merupakan bagian dari industri makanan dan minuman atau industri jasa penyediaan makanan dan minuman. Praktik kuliner dalam konteks ekonomi kreatif merupakan sebuah kegiatan persiapan makanan dan minuman yang menekankan pada aspek estetika dan kreativitas sebagai unsur terpenting dalam memberikan nilai tambah pada suatu produk kuliner dan bahkan mampu meningkatkan harga jual. Definisi ini menekankan bahwa tidak seluruh kegiatan yang berkaitan makanan dan minuman merupakan bagian dalam industri kreatif (Kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif, 2015).

Usaha Ekonomi Kreatif Kuliner

Pada umumnya, produk kuliner merupakan bagian dari industri makanan dan minuman atau industri jasa penyediaan makanan dan minuman. Praktik kuliner dalam konteks ekonomi kreatif merupakan sebuah kegiatan persiapan makanan dan minuman yang menekankan pada aspek estetika dan kreativitas sebagai unsur terpenting dalam memberikan nilai tambah pada suatu produk kuliner dan bahkan mampu meningkatkan harga jual. Definisi ini menekankan bahwa tidak seluruh kegiatan yang berkaitan makanan dan minuman merupakan bagian dalam industri kreatif (Kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif, 2015).

Ruang lingkup pengembangan kuliner dalam konteks pengembangan ekonomi di Indonesia dapat ditinjau dari hasil akhir yang kemudian dapat dikelompokkan berdasarkan jenis layanan atau jenis produk pada gambar berikut.


 Ruang lingkup pengembangan kuliner terkait dengan ekonomi kreatif dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Jasa kuliner (foodservice) adalah jasa penyediaan makanan dan minuman di luar rumah. Berdasarkan proses persiapan dan penyajiannya, jasa kuliner dapat dibedakan menjadi restoran dan jasa boga. Restoran adalah tempat penyedia makanan dan  minuman yang dikunjungi oleh konsumen, sedangkan jasa boga adalah penyedia makanan dan minuman yang mendatangi lokasi konsumen. Lima permasalahan utama yang menjadi pokok perhatian dalam rencana

pengembangan industri kreatif untuk pencapaian tahun 2015 ( Departemen Perdagangan, 2008) adalah :

1.      Kuantitas dan kualitas sumber daya insani sebagai pelaku dalam industri kreatif, yang membutuhkan perbaikan dan pengembangan : lembaga pendidikan dan pelatihan, serta pendidikan bagi insan kreatif indonesia.

2.      Iklim kondusif untuk memulai dan menjalankan usaha industri kreatif yang meliputi sistem admnistrasi negara , kebijakan dan peraturan, infrastruktur yang dapat dibuat kondusif bagi perkembangan industri kreatif. Dalam hal ini termasuk perlindungan atas hasil karya berdasarkan kekayaan intelektual dan insan kreatif indonesia.

3.      Penghargaan / apresiasi terhadap insan kreatif indonesia dan karya kreatif yang dihasilkan, terutama yang berperan untuk menumbuhkan rangsangan berkarya bagi insan kreatif Indonesia dalam bentuk dukungan baik finansial maupun non finansial.

4.      Percepatan tumbuhnya teknologi informasi dan komunikasi, yang erat kaitannya dengan perkembangan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman, sekaligus akses pasar kesemuanya yang sangat penting bagi pengembangan industri kreatif.

Lembaga pembiayaan yang mendukung pelaku industri kreatif, mengingat lemahnya dukungan lembaga pembiayaan konvensional dan masih sulitnya akses 1.      bagi enterpreneur kreatif untuk mendapatkan sumber dana alternatif seperti modal ventura atau dana Corporate Social Responsibility (CSR). Berdasarkan (Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif, 2014) telah menetapkan tujuh dimensi utama yang diidentifikasikan sebagai daya saing industri kreatif di Indonesia yaitu :

a.       Sumber daya kreatif

b.      Ketersediaan sumber daya manusia yang professional dan kompetitif Sumber

c.       daya pendukung

Ketersediaan bahan baku yang berkualitas , beragam dan kompetitif

d.      Industri

Pengembangan industri yang berdaya saing, tumbuh dan beragam

e.       Pembiayaan

Ketersediaan pembiayaan yang sesuai, mudah di akses dan kompetitif

f.        Pemasaran

Perluasan pasar bagi karya kreatif

g.      Infrastruktur

Ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif

                  h.      Kelembagaan dan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan ekonomi.

 Stretegi Pengembangan Kuliner Lokal Sebagai Penunjang Kegiatan Pariwisata
    
                Ragam potensi kuliner lokal membutuhkan beberapa stretgi yang tepat supaya menghasilkan kemasan produk wisata yang menarik bagi wisatawan. Kemasan produk wisata yang dihasilkan juga diharapkan tidak hanya terbatas pada sisi produk konsumsi tetapi menyangkut aktivitas dan menekankan pada pengalaman yang dihasilkan dari kegiatan pariwisata. Seperti penjelasan Ontario Culinary Tourism Association (dalam Harvey 2012), menyebutkan wisata kuliner tidak hanya terbatas ketersediaan makanan dan minuman, melainkan mencakup pengalaman wisata dimana seseorang belajar tentang menghargai dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mencerminkan masakan masyarakat lokal, regional, atau nasional sebagai bagian warisan, budaya, tradisi atau teknik kuliner lokal pada suatu daerah tujuan wisata. Penjelasan lain juga disampaikan oleh Harvey (2012:5) bahwa wisata kuliner mampu menceritakan tentang warisan budaya dan seluruh kehidupan budaya masyarakat pada daerah tujuan wisata yang tentu akan membangun pengalaman baru bagi wisatawan. Mengacu dari pendapat tersebut maka maka potensi kuliner lokal yang ada perlu dikembangkan lagi supaya dapat dikenal dan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Untuk mendapatkan strategi yang tepat maka perlu dikaji faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti:

1. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi pengembangan potensi kuliner lokal di Bandung adalah faktor yang berasal dari dalam yang terdiri dari kekuatan dan kelemahannya. Kekuatan yang dimiliki dari segi karakteristik dan autentisitas meliputi ragam budaya kulinernya yang unik, jenis kuliner yang memiliki ciri khas, memiliki berbagai variasi kuliner lokal, bahan baku kuliner yang melimpah. Selanjutnya dari aspek masyarakatnya, sebagian besar memiliki kemampuan memasak masakan lokal, terdapat budaya-budaya yang terkait kuliner yang masih dilestarikan, terdapat berbagai kegiatan budaya yang berkaitan dengan kuliner.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan potensi kuliner lokal Bandung terdiri dari faktor peluang dan ancaman. Faktor peluang terdiri dari status kawasan sebagai kawasan strategis yang menjadi prioritas pembangunan pariwisata. Jumlah kunjungan wisatawan semakin meningkat, disertai berkembangnya akomodasi wisata dan sarana prasaran penunjang.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kelebihan dan kekurangan Kayu,Beton,Baja

About Batu Kapur

Ucapan Malam Minggu Buat Pacar (Romantis, Jomblo dan Galau)